twitter


Bertanya apakah jogja memiliki komunitas pecinta sneakers, seperti halnya bertanya Tugu jogja masih berjalan di jalan Mangkubumi. Ya Jogja memiliki komunitas pecinta sneakers. And we named the community " Jogja Sneakers Head".

(JSH) lahir dari tiga forum sneakers besar di indonesia (sneakersindo,Footrama,dan sneakers addict).
Letak geografis yang berjauhan dengan kebanyakan member dikota lain menginspirasi untuk membentuk komunitas regional Jogja, sehingga kopi darat lebih terjangkau untuk dilakukan. Awal 2009 JHS mulai aktif kopi darat.

Sekarang sneakers bykan hanya sebagai alas kaki semata, bukan hanya sepatu karet belel, bukan hanya dikelas sebagai sepatu yang menemani kita setiap kali berolahraga, nonton musik, maen skate. Tetapi lebih dari itu, sneakers telah jauh melewati batas fungsi aslinya, kini sneakers sudah menjadi pilihan hidup bahkan panggilan jiwa. Sneakers sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Ketertarikan mengumpulkan atau malah mendalami kultur sneakers bukan lagi hal yang basi.

Istilah sneakers dibesarkan oleh Henry Nelson Mckinney pada tahun 1971. Seiring berkembangnya kultur urban, sneakers menjadi bagian penting dri fashion. tak mengherankan jika hgarganya pun bisa membumbung tinggi, bahkan mampu melebihi harga sebuah mobil. Kenapa? karena sneakers tak lagi dipandang sebagai produk industri semata melainkan sebuah karya seni dan terbentuk dari berbagai sejarah kultur urban yang diwakili dengan aktifitas musik,basket,skate,graffiti,dan desain.

well membuat sbuah tren dan suatu karya itu menjadi sebuah kultur memang bukan hal mudah.Apalagi jika sudah dinodai dengan kehadiran sneakers fake.Dengan itu kita sebagai generasi muda seharusnya menghargai seni,karna seni itu bernilai tinggi....

0 komentar:

Posting Komentar